KIBLAT /ARAH
HIDUP ORANG PERCAYA
Kiblat adalah kata dalam bahasa
Arab yang searti dengan arah. Kata ini biasanya
digunakan dalam kaitannya dengan arah fisik pada waktu berdoa.
Ratusan tahun sebelum agama-agama monotheisme besar ada (Kristen dan Islam), orang-orang Yahudi kalau berdoa mengarahkan diri ke Yerusalem. Seperti Daniel, setiap kali menaikkan jam-jam doanya, ia berdoa dengan berkiblat ke Yerusalem, di mana terdapat Bait Allah yang dibangun oleh Salomo sebagai lambang kehadiran Elohim Yahwe.
Ratusan tahun sebelum agama-agama monotheisme besar ada (Kristen dan Islam), orang-orang Yahudi kalau berdoa mengarahkan diri ke Yerusalem. Seperti Daniel, setiap kali menaikkan jam-jam doanya, ia berdoa dengan berkiblat ke Yerusalem, di mana terdapat Bait Allah yang dibangun oleh Salomo sebagai lambang kehadiran Elohim Yahwe.
Menurut
catatan sejarah, orang-orang Islam pada mulanya juga kalau bersembahyang
berkiblat ke arah Yerusalem juga yang dikenal sebagai Baitul Maqdis. Tetapi
kemudian hari mengarah atau berkiblat ke Ka’abah di Mekah sampai sekarang. Kita
meminjam istilah kiblat sebab kata ini berhubungan dengan urusan penyembahan
dan beribadah kepada Tuhan. Sedangkan kata arah lebih bersifat umum. Namun
perlu ditegaskan bahwa orang Kristen tidak mengenal pola berdoa atau sembahyang
seperti orang Yahudi dan Muslim yang memiliki kiblat secara harafiah. Bahkan
orang Kristen tidak memiliki teknik-teknik berdoa seperti banyak agama dan
kepercayaan.
Sesuai
dengan petunjuk Tuhan Yesus bahwa orang percaya beribadah kepada Allah dalam
Roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Ini berarti sebuah ibadah yang tidak diatur oleh
tata cara ibadah tertentu, itulah sebabnya dalam kekristenan tidak ada ajaran
mengenai teknik-teknik berdoa (harus melipat tangan, sujud secara fisik, angkat
tangan dan lain-lain). Tetapi dalam kekristenan yang penting adalah kehidupan
yang diarahkan atau diorientasikan kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya setiap hari.
Kalau
berbicara mengenai kiblat, kiblat orang percaya bukanlah tempat atau arah
secara harafiah tetapi sikap orientasi hati atau tujuan hidup. Berbicara
mengenai kiblat dalam kehidupan orang percaya, kiblat orang percaya pertama,
Tuhan sebagai Pusat Kehidupan, yang artinya Tuhan menjadi tujuan hidup ini.
Segala sesuatu yang kita lakukan, kita lakukan bagi Dia. Kedua, Tuhan sebagai
kebahagiaan atau kesenangan, artinya suasana jiwa kita ditentukan oleh damai
sejahtera Tuhan bukan fasilitas kekayaan atau materi dunia, kehormatan manusia
serta segala hiburannya. Terakhir, mewujudkan rencana Allah. Hidup kita harus
sepenuhnya diarahkan pada rencana perwujudan Kerajaan Allah dengan berusaha
menjadi corpus delicti dan menolong orang lain menjadi corpus delicti pula.
Amin. – Solagracia –
Berbicara
mengenai kiblat, kiblat orang percaya bukanlah tempat atau arah secara harafiah
tetapi sikap orientasi hati atau tujuan hidup.
Sumber : FB Catur Prasojo
Sumber : FB Catur Prasojo
0 komentar:
Posting Komentar